MAKALAH BAHASA INDONESIA
“KREATIFITAS MENULIS SASTRA”
Dosen Pengampuh:
Drs. Udin Saubas, M. HUM
Oleh:
Jainudin Asyura
NPM: 032 912 107
Kelas: C
Semester: II (dua)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
ini tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengambil tema dalam
konteks menulis kreatif. Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan
gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu,
meyakinkan, atau menghibur.
Menulis itu diperlukan oleh setiap orang, karena dengan menulis kita dapat
meningkatkan kreativitas dalam menempuh karir sehingga mampu membawa seseorang
dikenali banyak orang dengan kata lain menulis itu sebagai pengungkap jati diri
seseorang, dengan menulis seseorang dapat menemukan jati diri yang sebenarnya.
Namun, dalam menulis ada hal-hal yang harus diperhatikan.
Dengan makalah ini penulis memaparkan penjelasan mengenai cara-cara “menulis kreatif sastra” sesuai dengan
judul dari makalah ini.
Makalah
ini di buat sesuai dengan kriteria dalam penulisan karya ilmiah yang telah
penulis pelajari, namun dalam penulisan makalah ini masih ada kesalahan kecil
yang tanpa di sadari, maka dari itu saran dan kritikan dari yang bersangkutan
sangat di harapkan.
Ternate, 2 Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
pengantar..............................................................................i
Daftar
isi.........................................................................................ii
Pendahuluan..................................................................................1
1.1.
Latar belakang....................................................................1
1.2.
Rumusan masalah...............................................................2
1.3.
Tujuan penulisan
makalah..................................................2
Pembahasan...................................................................................3
2.1. Kreativitas...........................................................................3
2.2. Bekal kemampuan bahasa...................................................5
2.3. Bekal kemampuan
sastra.....................................................7
Penutup..........................................................................................9
3.1. Kesimpulan.........................................................................9
3.2.
Saran...................................................................................9
Daftar pustaka...............................................................................10
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Menulis
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang
dialami siswa. Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Dalam
komunikasi tulis setidaknya ada empat unsur yang terlibat yaitu penulis, pesan
atau isi tulisan, media berupa tulisan, dan pembaca. Menulis merupakan suatu proses. Untuk
menghasilkan tulisan yang baik umumnya orang melakukannya berkali-kali. Sangat
sedikit orang yang menghasilkan tulisan yang benar-benar memuaskan dengan hanya
sekali tulis. Tujuan menulis
adalah untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, pengetahuan, dan pengalaman
secara tertulis. Menulis memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah
menulis karya sastra.
Sastra
merupakan salah satu hasil seni. Sebagai hasil seni, seni sastra merupakan
hasil cipta manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman,
tanggapan, dan perasaan penciptanya tentang kehidupan dengan bahasa imajinatif
dan emosional. Tokoh-tokoh, kejadian, peristiwa, suasana, bahkan ruang tempat
dan waktu kejadian adalah ‘dunia’ ciptaan pengarang. Dunia ciptaan itu mungkin
bukan fakta. Dunia ciptaan itu merupakan ‘tiruan’ dunia fakta, tetapi bukan
tiruan yang sama seperti duplikat atau potret. Tiruan itu lebih merupakan
tanggapan penciptanya atas dunia fakta.
Karya
sastra sebagai hasil kreativitas, kepekaan pikiran, dan perasaan pengarang
dalam menanggapi peristiwa di sekitarnya, menuntut penciptanya untuk memiliki
daya kreativitas yang tinggi. Dalam penciptaan karya sastra, kreativitas sangat
diperlukan agar karya sastra yang dihasilkannya dapat bersifat dulce et utile.
Kalau karya yang dihasilkannya tidak dulce et utile, karya tersebut belum dapat
dikatakan bernilai sastra. Menurut Horace (dalam Pradopo, 1994) hakikat karya
sastra adalah dulce et utile, yang artinya menyenangkan dan berguna. Maksudnya,
karya sastra harus mampu memberikan kesenangan kepada pembaca, dan berguna bagi
kehidupan pembaca dalam menambah kedewasaan dan kebijaksanaan dalam
bermasyarakat.
Karya sastra menyajikan nilai-nilai keindahan dan paparan peristiwa yang memberikan kepuasan batin pembaca, mengandung pandangan atau komtemplasi batin, baik yang berhubungan dengan masalah agama, filsafat, politik, dan budaya, maupun berbagai problem yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan yang tergambar lewat media bahasa media tulisan, dan struktur wacana (Aminudin, 1991).
Karya sastra menyajikan nilai-nilai keindahan dan paparan peristiwa yang memberikan kepuasan batin pembaca, mengandung pandangan atau komtemplasi batin, baik yang berhubungan dengan masalah agama, filsafat, politik, dan budaya, maupun berbagai problem yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan yang tergambar lewat media bahasa media tulisan, dan struktur wacana (Aminudin, 1991).
1.2.
Rumusan masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah
unsur-unsur penting dalam penulisan sastra?
2.
Mengapa
harus berkreativitas dalam penulisan sastra?
3.
Bagaimana
penggunaan bahasa dalam karya sastra?
1.3.
Tujuan penulisan makalah
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai
Tugas dalam perkuliahan bahasa indonesia,
2.
Untuk
mengetahui Unsur-unsur penting dalam penulisan sastra,
3.
Mengetahui
kreativitas dalam penulisan sastra, dan
4.
Mempelajari
penggunaan bahasa dalam karya sastra.
PEMBAHASAN
2.1. Kreativitas
Kreativitas
dapat menjadikan seorang penulis mampu memunculkan ide-ide baru dan mengolah
ide itu sehingga menjadi ide yang matang dan utuh. Dengan daya kreativitas,
seorang penulis selalu mendayagunakan pemakaian bahasa agar karya-karyanya
berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Dengan daya kreativitas, seorang penulis
dapat memanfaatkan pengetahuan
bersastranya untuk menghasilkan karya sastra yang berciri lain.
Kreativitas
bisa mengacu pada pengertian hasil yang baru, berbeda dengan yang pernah ada
(Roekhan, 1991). Misalnya, puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang menunjukkan
ciri-ciri yang berbeda dengan karya-karya sebelumnya.
Banyak yang mengira bahwa kreativitas itu banyak ditentukan oleh bakat dan kemampuan bawaan. Ini tidak sepenuhnya benar, karena kreativitas ditentukan oleh perpaduan unsur-unsur seperti:
Banyak yang mengira bahwa kreativitas itu banyak ditentukan oleh bakat dan kemampuan bawaan. Ini tidak sepenuhnya benar, karena kreativitas ditentukan oleh perpaduan unsur-unsur seperti:
·
kemampuan berpikir kritis,
·
kepekaan emosi,
·
bakat,
·
daya imajinasi.
Dengan
berpikir kritis orang tidak mudah merasa puas dengan apa yang telah ada. Dengan
berpikir kritis, jiwa akan hidup karena didorong terus untuk mencari
kemungkinan-kemungkian lain. Kepekaan emosi menjadikan penyair dapat merasakan
sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Bakat dapat memperkuat daya kreativitas
seseorang tetapi bukan satu-satunya unsur yang menentukan. Sebab, bakat tidak akan
berarti jika tidak diasah dan dilatih terus menerus. Daya imajinasi
memungkinkan seorang penyair menciptakan sebuah gambaran yang utuh dan lengkap
dalam fantasinya.
Tahapan Kreativitas terdiri atas beberapa tahap,
antara lain:
·
pemunculan ide,
·
pengembangan ide, dan
·
penyempurnaan
ide.
Kunci
utama yang harus disiapkan oleh penulis adalah ide (Kinoysan, 2007).
Ide sering muncul di sembarang tempat dan waktu. Munculnya ide tidak dapat diramalkan. Ide sering melintas dengan cepat dan menghilang lagi. Untuk itu ide yang ditangkap harus segera dicatat. Pencatatan ide harus dilakukan secara rinci. Ide yang muncul dalam benak penulis dapat berupa pengalaman dan pengetahuan sendiri atau pengalaman orang lain. Pengalaman dan pengetahuan tersebut bisa berkenaan dengan bidang keagamaan, kesenian, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan lain-lain.
Ide sering muncul di sembarang tempat dan waktu. Munculnya ide tidak dapat diramalkan. Ide sering melintas dengan cepat dan menghilang lagi. Untuk itu ide yang ditangkap harus segera dicatat. Pencatatan ide harus dilakukan secara rinci. Ide yang muncul dalam benak penulis dapat berupa pengalaman dan pengetahuan sendiri atau pengalaman orang lain. Pengalaman dan pengetahuan tersebut bisa berkenaan dengan bidang keagamaan, kesenian, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan lain-lain.
Ide
juga dapat muncul dengan cara dirangsang. Beberapa cara yang dapat digunakan
untuk merangsang pemunculan ide antara lain:
a.
mempelajari ide orang lain,
b.
meningkatkan pengetahuan dan pengalaman,
c.
menciptakan suasana yang menunjang
(santai, bebas dari rasa malu dan takut),
d.
merenung,
e.
sering berlatih, dan
f.
terus berlatih berpikir kritis dan
asosiatif (Roekhan, 1991:9).
Pengembangan
ide dapat dibantu dengan:
ü
melakukan perincian,
ü
banyak membaca,
ü
menambah pengalaman,
ü
banyak merenung,
ü
banyak melakukan diskusi, dan
ü
mengamati sesuatu secara langsung.
Ide yang samar-samar dan tidak lengkap dapt
dirinci unsur-unsurnya. Masing-masing unsur kemudian dijabarkan lagi sehingga
ide menjadi lebih jelas dan sempurna. Bacaan memperkaya wawasan seseorang.
Melalui bacaan seseorang dapat mengetahui apa saja yang mungkin tidak
dialaminya secara langsung. Ide yang samar-samar dapat diperjelas dengan cara
terjun langsung dalam kehidupan yang akan digambarkan. Dengan merenung orang
akan mengungkap kembali seluruh pengetahuan dan pengalamannya yang relevan
dengan ide yang sedang digarapnya. Diskusi merupakan ajang saling bertukar
pengetahuan dan pengalaman, sehingga suatu ide menjadi lebih jelas karena
ditinjau dari berbagai sudut pandang. Dengan mengamati secara langsung orang
daapt melihat suatu objek dengan lebih jeli dan lengkap.
Ide
yang dilahirkan biasanya tidak langsung utuh dan sempurna. Untuk itu seorang
penulis harus membaca kembali karya yang dihasilkan dan bila perlu memperbaiki
karyanya itu. Untuk menyempurnakan ide penulis dapat melakukannya sendiri atau
menyuruh orang lain untuk membaca dan memperbaikinya.
2.2. Bekal
kemampuan bahasa
Cara
pemakaian bahasa dalam karya sastra harus menibulkan kesan tertentu dalam diri
pembaca. Kesan itu berupa gambaran imajinasi, baik imajinasi penglihatan,
pendengaran, penciuman, maupun imajinasi perabaan serta membangkitkan perasaan
tertentu dalam batin pembaca. Bahasa dalam karya sastra sering menggunakan cara
tersirat dan bersifat konotatif.
Penulis
karya sastra harus mempunyai bekal kemampuan bahasa yang memadai.
Untuk
mengembangkan kemampuan bahasa dapat dilakukan dengan cara;
·
mengembangkan kosakata,
·
mengembangkan penguasaan kaidah
bahasa,dan
·
mengembangkan pengetahuan makna.
Kemampuan
seorang penulis dalam memahami bahasa akan mempermudah kegiatan menuangkan ide
dalam bahasa tulis. Untuk mengembangkan kemampuan bahasa seorang penulis dapat
dilakukan dengan cara:
ü
Mengembangkan
kosakata,
ü
mengembangkan penguasaan kaidah bahasa,
dan
ü
mengembangkan pengetahuan makna.
Pembendaharaan
kata seorang penulis akan membantu kelancaran penuangan ide dalam bahasa tulis.
Untuk menambah kekayaan kosakata seorang penulis dapat dilakukan dengan
membaca. Semakin banyak membaca, semakin banyak pula jumlah kosakata yang
dikuasai seseorang.
Penguasaan
seorang penulis tentang kaidah bahasa akan mempermudah penulis menuangkan ide
dengan tepat dan cermat. Kaidah bahasa dapat dipelajari dengan banyak membaca
buku-buku tata bahasa. Untuk mengembangkan kemampuan seorang penulis dalam
menguasai kaidah bahasa dapat dilakukan dengan tekun berlatih membentuk kata
(membentuk kata dengan afiksasi dan pengulangan), berlatih membentuk frase, dan
latihan mengubah struktur kalimat. Misalnya mengubah kalimat sederhana menjadi
kalimat kompleks, mengubah kalimat langsung menjadi kalmiat tidak langsung,
mengubah kalimat pasif menjadi kalimat aktif, dan lain sebagainya.
Pemahaman
sesorang penulis tentang makna akan mepermudah penyampaian pesan kepada pembaca
sesuai dengan keinginannya. Untuk itu penulis perlu memahami tentang tata
makna. Misalnya, makna leksikan dan makna gramatikal, makna denotatif dan makna
konotatif, perluasan makna, penyempitan makna, ameleorasi, peyorasi, sinestesia,
asosiasi, kata umum dan kata khusus, sinonim, antonim, homonim, polisemi,
majas, ungkapan, dan peribahasa.
2.3. Bekal kemampuan sastra
Kemampuan
seorang penulis tentang seluk beluk karya sastra akan mempermudah penulisan
karya sastra, baik puisi, prosa (cerpen, novel, roman), maupun drama. Untuk
meningkatkan kemampuan sastra seseorang dapat dilakukan dengan cara:
·
meningkatkan kemampuan apresiasi
terhadap suatu karya sastra,
·
mengikuti kegiatan bersastra,
·
melakukan kritik karya sastra,
·
meningkatkan pengetahuan sastra, dan
·
menulis sastra.
Apresiasi
merupakan sebuah proses. Panjang-pendeknya proses itu bergantung pada tingkat
kepekaan emosi, ketajaman berpikir, dan imajinasi pengapresiasi. Sebagai
proses, apresiasi memerlukan proses pembacaan karya sastra secara
sungguh-sungguh dan teliti. Pengapresiasi harus memperhatikan dengan cermat
setiap aspek dari karya sastra tersebut.
Banyak
memgikuti kegiatan-kegiatan bersastra seperti sarasehan sastra, baca puisi,
baca cerpen, dramatisasi puisi, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat
menimbulkan rasa cinta terhadap sastra, menambah pengalaman dalam menulis
sastra.Kritik dapat meningkatkan kekritisan seseorang dalam membaca dan menilai
karya sastra. Dengan melakukan kritik terhdap karya sastra yang dibacanya,
seseorang dapat menemukan kelemahan dan kekuatan suatu karya sastra. Dengan
mengetahui kelemahan dan kekuatan suatu karya seseorang dapat memberikan
penilian terhadap karya sastra secara proporsional, tidak terlalu tinggi dan
tidak terlalu rendah, serta memberikan
alternatif penyempurnaannya.
Pengetahuan seseorang tentang karya sastra dapat meningkatkan kemampuan apresiasi dan kritik terhdap suatu karya sastra. Pengetahuan ini dapat diperoleh dengan dua cara yaitu mempelajari buku-buku teori sastra, dan banyak membaca karya sastra serta banyak membaca tulisan-tulisan kritik sastra.
Pengetahuan seseorang tentang karya sastra dapat meningkatkan kemampuan apresiasi dan kritik terhdap suatu karya sastra. Pengetahuan ini dapat diperoleh dengan dua cara yaitu mempelajari buku-buku teori sastra, dan banyak membaca karya sastra serta banyak membaca tulisan-tulisan kritik sastra.
Menulis
jika sering
dilakukan, dapat memperlancar seseorang dalam mengungkapkan idenya. Semakin
sering ia menulis, maka seorang penulis akan merasakan bahwa ide yang ditulisnya
seolah mengalir dan tertata dengan sendirinya.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
kreatif menulis sastra mencangkup Tiga unsur penting: 1). kreativitas, 2). bekal kemampuan bahasa, dan 3). bekal
kemampuan sastra (Roekhan, 1991:1). Kreativitas bisa mengacu pada pengertian
hasil yang baru, berbeda dengan yang pernah ada. Kreativitas terdiri atas
beberapa tahap, antara lain: 1) pemunculan ide, 2) pengembangan ide, dan 3)
penyempurnaan ide.
Penulis
karya sastra harus mempunyai bekal kemampuan bahasa yang memadai. Untuk
mengembangkan kemampuan bahasa dapat dilakukan dengan cara; 1) mengembangkan
kosakata, 2) mengembangkan penguasaan kaidah bahasa, dan 3) mengembangkan
pengetahuan makna. Kemampuan
seorang penulis tentang seluk beluk karya sastra akan mempermudah penulisan
karya sastra, baik puisi, prosa (cerpen, novel, roman), maupun drama. Untuk
meningkatkan kemampuan sastra seseorang dapat dilakukan dengan cara: 1) meningkatkan kemampuan apresiasi terhadap
suatu karya sastra, 2)
mengikuti kegiatan bersastra, 3)
melakukan kritik karya sastra, 4)
meningkatkan pengetahuan sastra, dan 5)
menulis sastra.
3.2. Saran
Saran penulis diakhir makalah ini yaitu setiap orang
seharusnya banyak mempelajari tentang kreatif menulis. Pengetahuan
seseorang tentang karya sastra dapat meningkatkan kemampuan apresiasi dan
kritik terhadap
suatu karya sastra. Pengetahuan ini dapat diperoleh dengan dua cara yaitu
mempelajari buku-buku teori sastra, dan banyak membaca karya sastra serta
banyak membaca tulisan-tulisan kritik sastra.Menulis jika sering dilakukan, dapat memperlancar
seseorang dalam mengungkapkan idenya. Semakin sering ia menulis, maka seorang
penulis akan merasakan bahwa ide yang ditulisnya seolah mengalir dan tertata
dengan sendirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur. 1981. Menulis; Sebagai Suatu Ketrampilan
Berbahasa. Bandung Angkasa.
No comments:
Post a Comment